Popular Post

Translate

Home » » Alat Panen Padi

Alat Panen Padi

Written By Unknown on Selasa, 21 Mei 2013 | 09.01



MAKALAH MEKANISASI PERTANIAN

“Alat Panen Padi”
Oleh

HAMZAH
1106111877
AGT_C






JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013








 
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan kepada Allah SWT karena dengan izin – Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas ini. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini saya uraikan alat panen padi secara modern dan tradisional.
Dalam ilmu pertanian sangat diperlukan ilmu tentang mekanisasi pertanian, karena tanpa ilmu ini kita mengetahui perkembangan mekanisasi dalam bidang pertanian. Untuk itu makalah ini disusun untuk memberikan dan mengabadikan alat-alat panen padi secara tradisional dan modern, supaya dapat kita manfaatkan dengan semestinya dan bermanfaat untuk masa yang akan mendatang.
Demikian pengantar yang dapat saya sampaikan. Harapan saya makalah ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang menbacanya, terutama penyusun sendiri. Kesalahan dalam makalah ini bisa saja terjadi, maka harap dimaklumi. Sekian pengantar dari penyusun, mohon maaf jika ada kesalahan. Wassalamualaikum Wr. Wb
Pekanbaru, 24 April 2013
Hamzah















PENDAHULUAN

1.1.            Latar belakang
Sejalan  dengan  perkembangan  teknologi  dan  pemikiran-pemikiran manusia  dari jaman ke jaman, cara pemungutan hasil (panen) pertanian pun tahap demi  tahap berkembang sesuai dengan  tuntutan kebutuhan. Tuntutan kebutuhan  manusia  akan  pakan  mendesak  pemikir  untuk  memecahkan masalah-masalah bagaiman meningkatkan produksi, meningkatkan produksi kerja sesuai dengan waktu yang tersedia.
Dalam  meningkatkan  produksi,  salah  satu  aspek  yang  harus  ditekan serendah  mungkin  adalah  masalah  kehilangan  produksi  diwaktu  panen. Sedangkan  dalam  meningkatkan  kemampuan  kerja  adalah  bagaimana menekan  waktu  yang  dibutuhkan  dalam  menanam  dalam  satuan  luas tertentu.  Ini  bertujuan  agar  dalam waktu  yang  cepat  dapat memungut  hasil yang  optimum  dengan  kehilangan  produksi  serendah mungkin  dan  efisiensi
kerja serendah mungkin.
Alat  dan  mesin  panen  terdiri  dari  banyak  macam  dan  jenisnya  yang digolongkan menurut jenis tanaman dan tenaga penggerak, juga menurut cara tradisional  maupun  semi-mekanis  sampai  yang  modern.  Menurut  jenis tanaman,  alat  dan  mesin  panen  digolongkan  untuk  hasil  tanaman  yang berupa  biji-bijian,  tebu,  rumput-rumputan,  kapas  dan  umbi-umbian. Sedangkan untuk hasil tanaman yang berupa biji-bijian dibagi jenisnya untuk padi, jagung, kacang-kacangan.
Macam dan Jenis Alat/Mesin Panen Padi
Cara  pemanenan  padi  dapat  dibagi  dua  macam  cara,  yaitu  cara tradisional  dan  cara mekanis.  Dengan  cara  tradisional  alat  yang  digunakan adalah  ani-ani  atau  sabit.  Sedangkan  macam-macam  alat/mesin  tersebut, terlebih  dulu mengurutkan  kegiatan-kegiatan  yang  terjadi  sejak  dari  panen, kemudian  pengumpulan/pengikatan,  perontokan,  pengeringan  dan penggilingan.











PEMBAHASAN

A.                Alat Panen Padi Secara Tradisional/manual
 
Alat panen tradisional dari sejak  jaman dahulu hingga kini masih tetap digunakan  oleh  para  petani  untuk  memanen  padinya.  Alat  ini  sangat sederhana,  yaitu  ani-ani  dan  sabit  yang  digunakan  dengan  tenaga  tangan. Oleh karena  itu disamping ada beberapa keuntungan  ,  juga banyak kerugian oleh alat ini.  Alat panen ani-ani terdiri dari dua bagian utama, yaitu pisau dan kayu genggaman yang  juga  tempat meletaknya pisau. Sedangkan sabit  juga  terdiri dari dua bagian  yang  sama, hanya perbedaannya dalam bentuk.
Kelemahan-kelemahan dari penggunaan alat ini adalah : 
1.  Kebutuhan tenaga orang per hektar banyak
2.  Kehilangan  gabah  pada  waktu  panen  relatif  lebih  tinggi  dibandingkan
dengan alat mekanis
3.  Kenyamanan bekerja rendah
4.  Kapasitas kerja rendah
5.  Biaya  panen  perhektar  relatif  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  alat
mekanis, tapi biaya awal tidak ada.

Sedangkan keuntungannya adalah :
1.  Memberikan kesempatan kerja yang banyak kepada para buruh panen
2.  Hasil pemotongan gabah dengan ani-ani ini lebih bersifat terpilih
3.  Harga alat panen sangat murah, bisa dimiliki oleh setiap petani
Kapasitas kerja panen  secara  tradisional diukur dengan  jumlah orang-jam  yang  dibutuhkan  tiap  hektar.  Sebagai  contoh  panen  dengan  sabit, kebutuhan  orang  jam  adalah  148  orang  jam/Ha  untuk  memotong  dan mengikat padi.  Ini berarti bila panen dengan sabit dilakukan oleh satu orang pria akan membutuhkan waktu 148  jam, atau sebaliknya bila ada 148 orang yang memanen dengan sabit, hanya dibutuhkan 1  jam untuk memanen satu hektar.
Dengan  hasil  tradisional  ini,  kehilangan  gabah  dilapang  diperkirakan berkisar  antara  8  sampai  10  persen  dari  hasil  perhektar.  Kehilangan  ini diakibatkan oleh  gabah  yang  rontok dari  tangkainya atau karena pencucian-pencucian  dan  terinjak-injak  ke  dalam  tanah.  Bila  dengan  ani-ani  padi dipotong pada 15-20  cm dari ujung malai,  sedangkan dengan  sabit dipotong sekitar 10-20 cm dari permukaan tanah.

B.                 Alat Panen Padi Secara Mekanisasi/mesin
1.                  Mesin panen padi  reaper
Seperti  yang  telah  diterangkan  dimuka  bahwa  mesin  reaper  ini bekerjanya  adalah  mengait  rumpun  padi,  kemudian  memotong  dan selanjutnya dilempar kesebelah kanan mesin diatas permukaan tanah. Setiap lemparan  terdiri  dari  3-10  rumpun  tanam  padi  tergantung  dari  jumlah  alur pemotongan  dari  mesin.  Untuk  memudahkan  pengangkutan  ketempat perontokan biasanya diikat dulu atau dimasukkan kedalam karung agar tidak banyak gabah yang hilang karena rontok dari rantainya.
Mesin  reaper dioperasikan  oleh  satu orang dan dibantu 2 orang untuk mengikat    atau mengarungkan.  Tenaga motor  penggeraknya  berkisar  antara 2,5 sampai 3 Daya Kuda (DK). Kapasitas kerja dari reaper adalah antara 30-35 jam  setiap  hektar  dengan  satu  alur  pemotongan,  sedangkan  yang  tiga  alur pemotongan berkisar antara 18-20 jam tiap hektar.
Kelemahan  dari  penggunaan  dari  mesin  ini  adalah  bagi  varietas  padi yang mudah  rontok,  dimana  akan  banyak  padi  yang  rontok  akibat  getaran atau perlakuan oleh mesin. Kelemahan lainnya adalah biaya awal yang tinggi, yaitu harga pembeliannya dan harga bahan bakar yang terus meningkat. Akan tetapi keuntungan-keuntungannya adalah sebagai berikut :
1.  Kapasitas kerjanya (jam/ha) tinggi
2.  Hanya membutuhkan 2-3 orang untuk panen dalam 1 hektar
3.  Biaya  panen  per  hektar  relatif  lebih  rendah  dibandingkan  dengan  cara tradisional.
4.  Kehilangan  gabah  di  sawah  relatif  lebih  rendah  bagi  varietas  padi  yang
sukar rontok. 5.  Dapat dimiliki kelompok tani secara koperasi.

2.                  Mesin padi binder
Prinsip kerja mesin binder  lebih  tinggi sedikit dari mesin  reaper. Mesin  binder  bekerja  selain  memotong  padi,  juga  mengikat  dan  selanjutnya melempar.  Baik  konstruksinya  maupun  ukurannya  berbeda  dengan  mesin reaper,  sehingga  harganyapun  lebih mahal.  Akan  tetapi,  kapasitas  kerjanya lebih  tinggi  dari  reaper. Mesin  binder  dengan  pemotongan  satu  jalur    (motor 3,5 DK) mampu mengerjakan panen 10-20  jam  tiap hektar. Sedangkan  yang
lebar jalur  pemotongan 2 jalur dan tenaga 5 DK, kapasitas kerjanya 5-10 jam tiap hektar. Mesin  lain yang bertenaga 12 DK dan  lebar pemotongan 1,27 m, memerlukan waktu sebanyak 4 jam untuk ukuran petakan 180 x 25 m (= 0,45 hektar).

3.                  Mesin panen padi mini combine
Berbeda  dengan  dua mesin  sebelumnya, mesin  panen mini  combine  ini bekerja pada sampai pengarungan gabah yang sudah lepas dari malainya, dan gabah  ini  sudah  bersih  dari  kotoran  dan  gabah  hampa.  Dengan  demikian urutan  yang  dilakukan  oleh  mesin  jenis  ini  adalah  memotong,  merontok, membersihkan  dan  mengarungkan,  sehingga  gabahnya  tinggal  dibawa ketempat  pengeringan  untuk  diturunkan  kadar  airnya  sampai  pada  kering giling. Sebuah mesin mini combine yang sedang beroperasi diperlihatkan pada  Ukuran  dari  mesin  combine  ditentukan  dari  berapa  lebar pemotongannya  (jumlah  jalur  pemotongan).  Jumlah  jalur  pemotongannya adalah  dari  2  sampai  4  jalur  tanam  padi.  Demikian  dari  tenaga  motor penggeraknya  juga  lebih  tinggi dari mesin reaper dan binder, yaitu antara 10 sampai  25  DK.
Untuk mesin mini  combine  yang  lebar  pemotongan  4  jalur, tenaga motor  penggeraknya  sekitar  25 DK. Dengan  satu  orang  operator  dan satu orang pengatur pengarungan dapat naik diatasnya (Gambar 58). Perbedaan  utama  mesin  mini  combine  dengan  mesin  reaper  dalam bagian-bagian  utamanya  adalah  bahwa  pada  mesin  ini  dilengkapi  dengan mesin  perontok  gabah  dan  pembersih  gabah. Selain  dari  pada  itu,  juga  dari mesin  ini  tidak  ada  mekanisme  tali  pengikat.  Karena  batang  padi  yang terpotong langsung dibawa dan dijepit kebagian perontok, dimana gabah yang telah  rontok  diteruskan  kebagian  pembersih  dengan  sistem  hembusan  oleh kipas,  sedang  batang,  daun  dan  gabah  hampa  dibuang  ke  atas  permukaan tanah.
Karena untuk mempermudah perjalanan diatas permukaan  tanah yang umumnya basah, pada mesin mini combine roda yang digunakan adalah roda rantai  (seperti kendaraan yang dimiliki Militer ”tank”). Roda rantai  ini disebut juga  roda  ”crawler”  yang memiliki  tingkat  flesibilatas  dan  cengkraman  yang tinggi untuk segala keadaan tanah.
4.                  Mesin padi combine
Pada  prinsipnya mesin  combine  ini  sama  dengan mesin Mini Combine, hanya  yang  berbeda  adalah  ukuranya  yang  besar  dan  beberapa  konstruksi. Pada  mesin  combine  gabah  yang  sudah  bersih  ditampung  pada  tempat penampung yang disebut tangki gabah yang isinya dapat menampung 3-5 ton gabah  bersih.  Jadi  proses  yang  dikerjakan  pada  mesin  combine  adalah pemotongan,  perontokan,  pembersihan  dan  penampungan  dalam  tangki gabah.  Lebar  pemotongannya  dapat  berkisar  antara  4-5  meter  dengan kapasitas kerja sekitar 2 sampai 4 jam per hektar.
Karena  ukurannya  yang  besar  maka  mesin  jenis  ini  hanya  banyak digunakan  pada  perusahaan-perusahaan  besar  atau  benih  yang  besar  atau yang merupakan suatu pusat perusahaan padi yang  luas  (rice estate). Dalam pemakaian mesin  ini, untuk memperoleh efisiensi kerja yang optimum, maka luas petakan antara 5-12 hektar.
Faktor-faktor penting  Dalam  mempertimbangkan  kegiatan  panenan  perontokan  padi,  ada beberapa  ciri  dari  padi  dan  faktor  lingkungan  yang  penting  dan  perlu diperhatikan.
1.      Derajat  kekuatan
Panjang  dan  ketahanan  dari  jerami. Ciri-ciri  ini  sangat mempengaruhi  terhadap  proses  pemotongan  dan  pengiriman  dengan  alat konveyor.  Jerami  yang  kaku  dan  keras  dapat mengakibatkan  kemacetan, dalam  pemotogan  dan  pengaliran  keperontok,  jika  panenan  ini  dilakukan oleh mesin. Begitu  juga  besar  pengaruhnya  bagi  perontokan  oleh  silinder perontok.  Jerami  yang  panjang  dapat  memudahkan  perontokan  secara manual,  akan  tetapi  dalam  mesin  perontok  dalam  mesin  panen  akan menyebabkan  kemacetan  dan  kebutuhan  tenaga  yang  lebih  besar  untuk memprosesnya.
2.  Varietas padi.
Varietas padi yang mudah rontok merupakan masalah dalam hal  panenan  dengan mesin. Hal  ini  karena  getaran  dan  ketumpulan  dari pisau  pemotong,  serta  perlakuan  lainnya  dari mesin  dapat menyebabkan rontoknya gabah dari malainya.
3.  Ukuran
kadar  air  dan  ketahanan    biji-bijian  (contoh:  gabah).  Faktor ukuran  biji-bijian  menentukan  ukuran  lubang-lubang  dari  concave  dari perontok,  sedangakan  kadar  air  besar  pengaruhnya  terhadap  rendemen beras  utuh.  Gabah  yang  kandungan  airnya  tinggi  (banyak  kandugnan airnya)  dapat menyebabkan  tingginya  persentase  gabah  yang  pecah  atau rusak karena pukulan dalam unit perontok. Ketahanan biji-bijian terhadap perlakuan  yang  diberikan  oleh  bagian-bagian  dari  mesin  dapat mempengaruhi mutu dari biji-bijian.
5.                  Iklim.
Musim hujan dan musim kering sangat mempengaruhi kadar air dari gabah dan  jerami. Kadar air  gabah menentukan waktu panen  yang  tepat. Sedangkan  kadar  air  jerami  besar  pengaruhnya  dalam  proses  perontokan dan pemotongan oleh pisau.
6.      Keadaan  Lapang  (sawah).
Terutama  dalam  pemakaian  mesin  panen, kandungan air dari tanah perlu dipertimbangkan. Tanah yang kering akan menahan  efisiensi  kerja  dari  mesin  panen,  sedangkan  tanah  yang berlumpur  sering  menyebabkan  kemacetan  operasi  sehingga  kapasitas kerjanya rendah.
7.      Tingkat  kemajuan  wilayah  dan  social
Ini berkaitan  dengan  penerapan alat  dan  mesin  pertanian  (mekanisasi  pertanian)  dan  kemungkinan-kemungkinan pengenalan teknologi baru.














DAFTAR PUSTAKA


Aprimadini, Eva. 2008. Perubahan Iklim Global dan kaitannya dengan Pengendalian Pencemaran Air.
Akhadi, M., 2003. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Rineka Cipta, Jakarta.
Chaisson, E. and S. McMillan, 1996. Astronomy Today. Second Edition. Prentice Hall, New
Jersey.
Fitter, A. H. and R. K. M. Hay, 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Penerjemah Sri Andani dan E. D. Purbayanti. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kartasapoetra, A. G., 1988. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bina Aksara, Jakarta.

Subarjo M.Buku Ajar Meteorologi Dan Klimatologi.Universitas Lampung:Bandar Lampung

Anonim.alat panen padi tradisional//. Tani.blogspot. 23 april 2013

Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

Trending Topic

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Etza Hamzah - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template